Mengapresiasi Arsip Karya di JB2021 @ArtJakarta Virtual
Jakarta Biennale 2021 berpartisipasi dalam Art Jakarta Virtual-SCENE yang dibuka Senin (19/10) dan akan berlangsung hingga 15 Desember 2020 mendatang.
Dalam Art Jakarta Virtual-SCENE, Jakarta Biennale 2021 menghadirkan arsip karya-karya seniman kontemporer papan atas Indonesia.
Dalam penciptaan sebuah karya, tak jarang para seniman terlebih dahulu menuangkan ide-idenya dalam coretan-coretan sketsa, juga catatan-catatan yang merangkum gambaran tentang bentuk karya yang ingin dibuat kelak.
Kerap kali, sketsa-sketsa dan catatan-catatan itu terlupa begitu saja ketika karya telah jadi dan dipamerkan. Padahal, sketsa-sketsa dan catatan-catatan itu pun faktanya adalah bagian penting dalam proses penciptaan seorang seniman.
Saat ini, Jakarta Biennale 2021 menghadirkan arsip-arsip karya dari tiga perupa -Eddie HaRa, Entang Wiharso, Melati Suryodarmo- di gerai Jakarta Biennale di Art Jakarta Virtual-SCENE.
Keikutsertaan Jakarta Biennale 2021 di Art Jakarta Virtual-SCENE ini merupakan bagian dari program Road to Jakarta Biennale 2021 dan juga sebagai salah satu upaya penggalangan dana untuk pelaksanaan Jakarta Biennale 2021 yang akan diselenggarakan pada paruh akhir 2021 nanti.
Pengunjung yang tertarik mengadopsi karya-karya arsip yang dipamerkan di gerai Jakarta Biennale di Art Jakarta Virtual-SCENE dapat menghubungi info@2021.jakartabiennale.id atau Indah Ariani di nomor 081911214459.
BATCH 1
Sketsa “Running Away from Her True Love”
Eddie HaRa
Sketsa /Drawing di atas kertas dengan drawing pen, 21 x 14,9 cm
2005
Karya ini dibuat Eddie HaRa sebagai rencana karya obyek “Running Away from Her True Love” untuk pameran tunggalnya “Captain Fuck” di Canna Gallery pada tahun 2005. Ide karya obyek tersebut muncul dari kenangan kisah cinta masa mudanya yang muncul lagi bertahun-tahun kemudian, masih dalam kondisi yang sama: ia merasa ingin lari dari cinta itu. Namun hal yang paling menarik dari karya ini, dan karya-karya lain yang ditampilkan dalam pameran tunggal yang dikuratori oleh Hendro Wiyanto itu adalah karena pameran tersebut menjadi sebuah titik balik penting perjalanan artistik Eddie Hara ke bentuk-bentuk visual yang kita kenal saat ini.