Jakarta Biennale 2009

ARENA

Venue: Galeri Nasional Indonesia, Grand Indonesia

7-27 Februari 2009

Direktur Artistik: Ade Darmawan
Kurator: Abduh Aziz (Zona Pemahaman), Ardi Yunanto (Zona Pertarungan), Agung Hujatnikajennong (Zona Cair)

 

Jakarta Biennale 2009 menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Jakarta Biennale. Untuk pertama kalinya, perhelatan seni rupa dua tahunan ini diperluas cakupannya sebagai ajang internasional. Pada edisi ke-13 tersebut, Jakarta Biennale mengusung tema besar “Arena” dengan rangkaian acara yang digolongkan ke dalam tiga zona besar yakni Zona Pemahaman (Zone of Understanding), Zona Pertarungan (Battle Zone), dan Zona Cair (Fluid Zone).

Dengan format itu, Jakarta Biennale 2009 mengupayakan sebuah perhelatan besar seni rupa yang memungkinkan interaksi dengan masyarakat. Seni tak dihadirkan semata sebagai pameran karya tetapi juga sebagai strategi perubahan yang melibatkan subjek kota, di mana gagasan reflektif, kritis, dan kreatif bersama diharapkan dapat membuka ruang-ruang baru yang lebih inspiratif, partisipatif, dan toleran di arena kota.

Jakarta, dengan luas 661 km persegi dan belasan juta penduduk yang terus berkembang pesat, seperti kota besar urban lainnya, juga cenderung kehilangan fungsi-fungsi sosial, khususnya potensi warga sebagai makhluk sosial budaya.

Pembangunan ruang kota yang terfokus pada aspek ekonomi dan fisik seringkali mengesampingkan aspek sosial dan individual. Individu di dalam struktur kota lebih dipandang sebagai objek sebuah sistem. Dalam sistem kota yang seperti ini, individu seolah berada di dalam berbagai arena untuk memperebutkan ruang, baik ruang ekonomi maupun fisik. Konsentrasi untuk pertumbuhan ekonomi juga seringkali tak memperhatikan aspek budaya. Jakarta Biennale diselenggarakan sebagai bentuk pertanggungjawaban seniman kepada masyarakat dan peningkatan apresiasi.

Seniman:
Ali Akbar (Indonesia), Angki Purbandono (Indonesia), Ari Dina Krestiawan (Indonesia), Bujangan Urban (Indonesia), Carterpaper (Indonesia), Cecil Mariani (Indonesia), Daniel Kampua (Indonesia), Donna Ong, Eko Nugroho (Indonesia), Enrico Halim, Eric Widjaja, Hadiwirman Saputra (Indonesia) Hoang Duong Cam, Ismiaji Cahyono, Iswanto Hartono, Jompet Kuswidananto, Khairuddin Hori (Indonesia), Lyra Garcellano (Filipina), Ming Wong (Singapore), Montri Toemsombat (Thailand?), Nadiah Bamadhaj (Malaysia), Paul Kadarisman (Indonesia), Poklong Anading (Filipina), Porntaweesak Rimsakul (Thailand), Restu Ratnaningtyas (Indonesia), Reza Afisina (Indonesia), Ritchie Ned Hansel (Indonesia), Roslisham Ismail (Indonesia), Rudi Mantofani (Indonesia), Ryan Riyadi aka The Popo (Indonesia), Sekar Jatiningrum (Indonesia), Sherman Ong (Malaysia)Stani Michiels (Belgia)Syahrul Amami (Indonesia), Takuro Kotaka (Jepang?), Tawatchai Puntusawasdi (Thailand), Thaweesak Srithongdee (Thailand), The Secret Agents (Indonesia), Tintin Wulia (Indonesia), Veronica Kusuma (Indonesia), Videobabes (Indonesia), Vincent Leong (Malaysia), Wimo Ambala Bayang (Indonesia), Wiyoga Muhardanto (Indonesia), Yan Mursid (Indonesia), Yason Banal (Filipina)