Jakarta Biennale 2015
Maju Kena Mundur Kena: Bertindak Sekarang
Gudang Sarinah Ekosistem, Jakarta
15 November 2015 – 10 JanuarI 2016
Kurator Utama: Charles Esche (Inggris)
Kurator: Anwar Rahman, Asep Topan, Benny Wicaksono, Irma Canthily, Riksa Afiaty (Indonesia)
Memusatnya medan seni rupa Indonesia di Pulau Jawa, khususnya hanya pada tiga kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, membuat JB melihat pentingnya memperluas jaringan praktik dan pengetahuan seni rupa ke berbagai kota di belahan lain Indonesia. Melibatkan kurator dan seniman dari beberapa kota lain menjadi sangat relevan untuk menciptakan dialog lintas penjuru. Diharapkan keterlibatan praktisi seni rupa—kurator, seniman, komunitas—dari berbagai kota di Indonesia dapat menawarkan ekspresi dan pengetahuan tentang praktik lokal di berbagai daerah, yang dapat ditawarkan lebih lanjut kepada masyarakat lebih luas, selain membuka peluang untuk saling berbagi. Tentu saja, JB juga ingin menunjukkan kondisi sosial budaya kontemporer di daerah lain di Indonesia, melalui karya-karya seni rupa dalam bienal ini.
Seniman:
Agung Kurniawan (Yogyakarta, Indonesia), Annisa Rizkiana Rahmasari (Semarang, Indonesia), Aprilia Apsari (Jakarta, Indonesia), Arahmaiani (Yogyakarta, Indonesia), Araya Rasdjarmrearnsook (Chiang Mai, Thailand), Ariani Darmawan (Bandung, Indonesia), Bamboo Curtain Studio (New Taipei, Yunlin, Taiwan), Bik Van der Pol (Rotterdam, Belanda), Bron Zelani (Jakarta, Indonesia), Clara Ianni & Débora Maria da Silva (Sao Paulo, Brazil), Cooperativa Cráter Invertido (Mexico City, Meksiko), Cut Putri (Banda Aceh, Indonesia), Dan Perjovschi (Bucharest, Romania), Dea Widya (Makassar, Indonesia), Dieneke Jansen (Auckland, Selandia Baru), Dwi “Ube” Wicaksono Suryasumirat (Jakarta, Indonesia), Etcétera (Buenos Aires, Argentina), Evelyn Pritt (Jakarta, Indonesia), Firman Djamil (Makassar, Indonesia) ,Fuady Keulayu (Banda Aceh, Indonesia), Idrus bin Harun (Banda Aceh, Indonesia), Iswadi Basri (Banda Aceh, Indonesia), Jakarta Wasted Artists (Jakarta, Indonesia), Jeremy Millar (London, Inggris), Jonas Sestakresna (Denpasar, Indonesia), Juan Pérez Agirregoikoa (San Sebastian, Prancis), Köken Ergun (Istanbul, Turki), Kolatt (Yangon, Myanmar), Komunitas Quiqui (Makassar, Indonesia), Lab Laba Laba (Jakarta, Indonesia), Leonardiansyah Allenda (Banyuwangi, Indonesia), Lifepatch (Yogyakarta, Indonesia), M. Cora (Makassar, Indonesia), Maddie Leach (Wellington, Selandia Baru), Maika Elan (Hanoi, Vietnam), Marishka Soekarna (Depok, Indonesia), Mark Salvatus (Manila, Filipina), Maryanto (Yogyakarta, Indonesia), Meiro Koizumi (Yokohama, Jepang), Melawan Kebisingan Kota (Surabaya, Indonesia), Merv Espina (Manila, Filipina), Miebi Sikoki (Jakarta, Indonesia), Ng Swan Ti (Jakarta, Indonesia), Nobodycorp. Internationale Unlimited (Yogyakarta, Indonesia), NUR (Jakarta, Indonesia), Octora (Bandung, Indonesia), Oscar Muñoz (Cali, Kolumbia), Peter Robinson (Auckland, Selandia Baru), Post-Museum (Singapura), Pratchaya Phinthong (Bangkok, Thailand), Renzo Martens (Amsterdam, Belanda), Reza Afisina (Depok, Indonesia), Reza Enem (Makassar, Indonesia), Richard Bell (Brisbane, Australia), Sanchia T. Hamidjaja (Jakarta, Indonesia), Setu Legi (Yogyakarta, Indonesia), SUPERFLEX (Kopenhagen, Denmark), Surya Wirawan (Yogyakarta, Indonesia), The Youngrrr (Jakarta, Indonesia), Tisna Sanjaya (Bandung, Indonesia), Tita Salina (Jakarta, Indonesia), Tom Nicholson (Melbourne, Australi) dengan Grace Samboh (Yogyakarta, Indonesia), Tromarama (Bandung, Indonesia), Wiyoga Muhardanto (Bandung, Indonesia), Wonderyash (Jakarta, Indonesia), Yee I-Lann (Kuala Lumpur, Malaysia), Yongseok Jeon (Seoul, Korea Selatan), Yoppy Pieter (Jakarta, Indonesia), Zeyno Pekünlü (Istanbul, Turki), Zulhiczar Arie (Yogyakarta, Indonesia).