Jakarta Biennale 2011

JAKARTA MAXIMUM CITY: Survive or Escape?

Venue: Galeri Nasional, TIM, dan Bentara Budaya Jakarta

15 Desember 2011-15 Januari 2012

Kurator: Bambang Asrini Widjanarko, Ilham Khoiri, dan Seno Joko Suyono (Indonesia)

 

Jakarta Biennale ke-14 yang digelar pada 2011 hadir dengan mengusung “Jakarta Maximum City: Survive or Escape?” sebagai tema besarnya, di mana dinamika kota menjadi inspirasi ajang yang diikuti 55 seniman dalam negeri dan 17 seniman luar negeri ini.

Tarik-menarik antara berbagai kepentingan sosial ekonomi dan budaya menjadikan Jakarta kota yang penuh paradoks. Hal ini pun telah menjadi dasar pemikiran bagi Jakarta Biennale XIII 2009, saat Dewan Kesenian Jakarta sebagai penyelenggara memandang situasi Jakarta sebagai arena perebutan ruang masyarakat.

Namun, kurator JB ke-14 melakukan pendekatan yang berbeda. Jakarta ditengarai dengan cirinya yang terus tumbuh menjadi penuh, maximum. Pada saat yang sama, sikap penghuninya cenderung eskapis dan pragmatis bertahan hidup; demi “pelarian” atau “berhasil lolos” dalam dinamika Jakarta. Kedua kata yang menjadi subjudul, walau berseberangan arti secara harfiah, bisa diartikan sama bila dilihat dengan kritis dalam konteks Jakarta. Ada ambiguitas pada situasi yang paradoks

Seniman:
Abdi Seyawan (Indonesia), Adi Panuntun (Indonesia), Aditya Novali (Indonesia), Ai Weiwei (Cina), Aiko Urfia (Jepang), Alberto Mielgo (Spanyol), Budi Pradono (Indonesia), Budi Ubrux (Indonesia), Twardzik Ching Chor Leng (Singapura), Cipta Croft-Cusworth (Indonesia), Claro Ramirez (Filipina), Dipo Andy (Indonesia), Farhan Siki (Indonesia), Felix Bacolor (Filipina), Gaston Damag (Filipina), House of Natural Fiber – HONF (Indonesia), Hong Keung (Hong Kong), I Nyoman Sujana Kenyem (Indonesia), I Wayan Upadana (Indonesia), Invalid Urban (Indonesia), Irwan “Iwenk” Bagja Darmawan (Indonesia), Ismanto Wahyudi (Indonesia), Iswanto Hartono (Indonesia), Iwan Hasto (Indonesia), Januri (Indonesia), Jet Pascua (Norwegia), Kaleb De Groot (Belanda), Iben Trino-Molenkamp (Belanda), Keijiro Suzuki (Jepang), Kotak Kotak (Indonesia), Li Hui (Cina), Lugas Syllabus (Indonesia), Luisito Cordero (Filipina), Luste Lambert (Indonesia), Mark Salvatus (Filipina), Meng Shu Yu (Taiwan), R. E. Hartanto (Indonesia), Regina Jose Galindo (Guatemala), Rudi Hendrianto (Indonesia), Sihol Sitanggang (Indonesia), Steak Daging Kacang Hijau (Indonesia), Susilo Sudarman (Indonesia), Tayeba Lipi (Bangladesh), Varsha Nair (India), Vertical Submarine (Singapura), Vic Balanon & Ferdz Valencia (Filipina), Videobabes (Indonesia), Wafaa Bilal (Irak/Amerika Serikat), Xu Zhongmin (Cina), Yudhi Sulistyo (Indonesia), Yu Sing (Indonesia), Yusra Martunus (Indonesia)

Adel Maulana Pasha (Indonesia), Andita Purnama Sari (Indonesia), Arie Dyanto (Indonesia), Aries Perbawa (Indonesia), Bagus Pandega (Indonesia), Baihaqi Hasan (Indonesia), Bestrizal Besta (Indonesia), Cecilia Patricia Untario (Indonesia), Chai Zhi Song (Cina), Daliana Suryawinata & Andra Matin (Indonesia), Frans Gupta (Indonesia), Gabriel Aris Setiadi (Indonesia), Herra Pahlasari (Indonesia), I Putu Edy Asmara (Indonesia), Itsnaini Rahmadillah (Indonesia), Iwan Yusuf (Indonesia), Jenny Lee (Indonesia), Julia Burns & Enrica Ho (Australia & Hong Kong), Julie Rrap (Australia), Julnaidi M. S. (Indonesia), Jumadi (Indonesia), Kurniawati Gautama (Indonesia), Laksmi Sitaresmi (Indonesia), Meng Shu You (Taiwan), Priyanto “Omplong” (Indonesia), Putriani Mulyadi (Indonesia), Setyo Priyo Nugroho (Indonesia), Stina Phersdotter (…..), Syahroni Lantang (Indonesia), Taufik Monyong (Indonesia), The Why Factor (Indonesia-Belanda), Theo Frids Hutabarat (Indonesia), Valentinus Rommy Iskandar Tanubrata (Indonesia), vonny Ratna Indah (Indonesia), Wibowo Adi Utomo (Indonesia), Zico Albaiquni (Indonesia).

A.C. Andre Tanama (Indonesia), Anang Saptoto (Indonesia), Andi Ramdani (Indonesia), Ariswan Aditama (Indonesia), Ayu Arista Murti (Indonesia), Badari (Indonesia), Bonita Margaret (Indonesia), Bunga Jeruk (Indonesia), Cahyo Basuki Yopi (Indonesia), Dendi Darman (Indonesia), Deni Rahman (Indonesia), Dona Prawita Arissuta (Indonesia), Dunadi (Indonesia), Entang Wiharso (Indonesia), Eric Wirjanata (Indonesia), Eriyanto (Indonesia), Gentur Suria (Indonesia), Handy Hermansyah (Indonesia), I Nyoman Agus Wijaya (Indonesia), I Nyoman Udiantara (Indonesia), Komunitas Wijaya Kusuma & Prabhoto Satrio (Indonesia), MR Adytama Pranada (Indonesia), Pink Girl Go Wild (Indonesia), Ranna Pramulya (Indonesia), Recycle Experience (Indonesia), Robet Kan featuring Sasta (Indonesia), Rocka Radipa (Indonesia), Sigit Bapak (Indonesia), Sun Wahyudi Kusuma (Indonesia), Taufik Monyong (Indonesia), Taufiq Panji Wisesa (Indonesia), Teguh Agus Priyanto (Indonesia), William Wahyu Waluyo (Indonesia), Zaldy Alamsyah (Indonesia).

Jatiwangi Art Factory (Indonesia), Angki Purbandono (Indonesia), Common Room Network Foundation (Indonesia), Heini Aho (Finlandia), Ivana Stojakovic (Serbia), Jompet Kuswidananto (Indonesia), Komunitas Berkat Yakin (Indonesia), Komunitas Memo (Indonesia), Main Theater (Indonesia), Marintan Sirait (Indonesia), Mimi Fadmi (Indonesia), Raffi Achmad (Indonesia), Ritchie Ned Hansel (Indonesia), Rumah Proses (Indonesia), Sandra Nyberg (Finlandia), Sarah Lena Dorn (Jerman ), Ucu Agustin (Indonesia).

Ambitext (Indonesia), Artura Insanindo (Indonesia), Komunitas Atap Alis (Indonesia), Close Act Theatre (Indonesia), Heri Dono (Indonesia), Jalan Baru (Indonesia), Kelompok 12 Pas (Indonesia), Komunitas Pecinta Kertas (Indonesia), Irawan Karseno & Leny Ratnasari Weichert (Indonesia), Pertunjukkan Seni Di Sungai Ciliwung (Indonesia), Quint, Propagraphic, Begoendal & Egauseless (Indonesia), Reflect (Indonesia), Serrum (Indonesia), Teater Bejana (Indonesia), Teater Studio Indonesia (Indonesia), The Light Surgeons (Inggris), Tiga De Studio (Indonesia), Tisna Sanjaya (Indonesia), Wedha Pop Art Portrait (WPAP) Community (Indonesia).